Saat ini, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
telah menyebar ke berbagai negara di seluruh belahan dunia. World Health Organization (WHO) secara
resmi menyatakan virus corona ini sebagai pandemi. Skala penyebaran virus corona
terjadi secara global dan menjangkiti banyak penduduk di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. COVID-19 ini juga menyebabkan kematian di banyak negara.
Pemerintah Indonesia dari
hari ke hari melakukan langkah cepat menangani penyebaran COVID-19. Dari akun media
sosial instagram Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, Jumat 20
Maret 2020, dijelaskan bahwa pemerintah telah mulai melakukan rapid test sebagai upaya untuk
memperoleh indikasi awal apakah seseorang positif terinfeksi COVID-19 atau
tidak. Pemerintah juga tengah mempercepat pembangunan fasilitas observasi,
penampungan dan karantina untuk pengendalian infeksi penyakit menular, terutama
COVID-19 di Pulau Galang, yang lokasinya berada di bekas penampungan pengungsi
Vietnam, sekitar 56 kilometer dari Kota Batam. Pembangunan semua fasilitas ini
ditargetkan selesai 28 Maret 2020.
Presiden Jokowi
mengatakan bahwa seluruh kekuatan pemerintah, kekuatan negara dan bangsa
bergerak untuk mengatasi kesulitan terkait COVID-19 ini, baik soal kesehatan
maupun masalah sosial ekonomi yang mengikutinya. Berita terbarunya adalah
pemerintah telah membeli obat untuk menangani pasien positif COVID-19 ini,
yaitu Avigan dan Chloroquine. Sesuai hasil riset dan pengalaman beberapa negara yang
menggunakan jenis obat tertentu untuk mengatasi COVID-19, Presiden juga memesan
dalam jumlah besar dua jenis obat tersebut. Selain itu, Presiden pun meminta
kepada BUMN farmasi untuk memperbanyak produksi obat-obat itu.
Adakah hubungan antara COVID-19 dengan
lupusku?
Secara langsung,
mungkin tidak. Namun, sebagai seorang odapus (orang dengan lupus), aku sangat
akrab dengan salah satu dari dua jenis obat yang saat ini sedang ramai jadi
pembicaraan di berbagai media.
Aku didiagnosa menderita penyakit autoimun jenis systemic lupus erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan lupus pada tahun 2016. Beberapa tulisanku ada di sini: Meniskus Tear Pengantar Lupusku , Menata Hati Bersama Lupus , Aku dan Lupusku...Sekarang...
Lupus terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat. Sejak saat itulah aku harus mengonsumsi obat-obatan untuk menekan imunitasku agar tidak berlebihan. Ada banyak macam obat yang setiap hari harus kuminum, yaitu Methylprednisolone, Cavit D-3, Simarc, Imuran, Cellcept dan Hydroxychloroquine. Yang terakhir ini adalah obat yang sama kandungannya dengan Chloroquine, salah satu jenis obat yang sedang menjadi sorotan karena dianggap bisa menjadi antivirus untuk COVID-19. Untuk Avigan, aku belum pernah mengetahuinya, tapi untuk Chloroquine, aku sudah sangat mengenalnya.
Aku didiagnosa menderita penyakit autoimun jenis systemic lupus erythematosus (SLE) atau lebih dikenal dengan lupus pada tahun 2016. Beberapa tulisanku ada di sini: Meniskus Tear Pengantar Lupusku , Menata Hati Bersama Lupus , Aku dan Lupusku...Sekarang...
Lupus terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat. Sejak saat itulah aku harus mengonsumsi obat-obatan untuk menekan imunitasku agar tidak berlebihan. Ada banyak macam obat yang setiap hari harus kuminum, yaitu Methylprednisolone, Cavit D-3, Simarc, Imuran, Cellcept dan Hydroxychloroquine. Yang terakhir ini adalah obat yang sama kandungannya dengan Chloroquine, salah satu jenis obat yang sedang menjadi sorotan karena dianggap bisa menjadi antivirus untuk COVID-19. Untuk Avigan, aku belum pernah mengetahuinya, tapi untuk Chloroquine, aku sudah sangat mengenalnya.
Di awal sakit lupusku,
aku memang belum mengonsumsi Hydroxychloroquine
atau Chloroquine. Obat ini baru
diresepkan oleh dokter yang menanganiku beberapa bulan setelah aku didiagnosa
lupus. Kebetulan, lupusku ini menyerang kulit dan sendi. Untuk kulit, sejak awal
lupusku, muncul ruam merah-merah di beberapa bagian di wajah, leher dan dadaku.
Lebih parah lagi, lupusku juga diikuti oleh vaskulitis
yaitu peradangan pada pembuluh darah yang bisa menyebabkan timbulnya bekas luka
(meskipun tidak pernah ada luka luar). Vaskulitis
inilah yang hingga sekarang meninggalkan bekas kehitam-hitaman di wajahku,
terutama di bagian tengah hidungku. Untuk sendi, rasa nyeri di sekujur badan
sering kurasakan mengiringi sakit lupusku. Karena kondisi lupusku ini, maka
dokter Sumariyono, Sp. PD, KR memberikan resep Hydroxychloroquine.
Hydroxychloroquine adalah obat untuk mencegah atau
mengobati penyakit malaria.
Obat ini juga digunakan (biasanya dengan obat lain) untuk mengobati penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan rheumatoid arthritis atau radang sendi. Penggunaan Hydroxychloroquine untuk menangani kedua penyakit ini merupakan langkah alternatif ketika obat utama yang digunakan tidak bekerja atau tidak berhasil atau tidak bisa digunakan. Sebagai antimalaria, obat ini bekerja untuk mematikan parasit penyebab malaria, sedangkan pada penyakit autoimun, obat ini bekerja dengan cara mempengaruhi sistem imun penderita. Hydroxychloroquine ini dapat mengurangi masalah kulit dan nyeri sendi pada odamun (orang dengan autoimun). Beberapa merek dagang dari Hydroxychloroquine adalah Plaquenil, Mylan, Quinoric, Axemal, Dolquine dan Quensyl.
Obat ini juga digunakan (biasanya dengan obat lain) untuk mengobati penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan rheumatoid arthritis atau radang sendi. Penggunaan Hydroxychloroquine untuk menangani kedua penyakit ini merupakan langkah alternatif ketika obat utama yang digunakan tidak bekerja atau tidak berhasil atau tidak bisa digunakan. Sebagai antimalaria, obat ini bekerja untuk mematikan parasit penyebab malaria, sedangkan pada penyakit autoimun, obat ini bekerja dengan cara mempengaruhi sistem imun penderita. Hydroxychloroquine ini dapat mengurangi masalah kulit dan nyeri sendi pada odamun (orang dengan autoimun). Beberapa merek dagang dari Hydroxychloroquine adalah Plaquenil, Mylan, Quinoric, Axemal, Dolquine dan Quensyl.
Hydroxychloroquine sama
dengan Chloroquine?
Ketika dokter yang menangani
lupusku memberikan resep Hydroxychloroquine,
saat itu aku tahu bahwa obat ini termasuk jenis obat yang sulit didapat, tidak
dijual bebas, langka dan hanya dijual di apotek tertentu serta sering tidak ada
di pasaran. Aku yang tinggal di Kota Tangerang, berobat di rumah sakit EMC
(dulu Usada Insani), harus membelinya di RSCM, Jakarta Pusat atau di beebrapa
apotek lain di Jakarta. Sudah jauh, obatnya pun kadang-kadang ada namun sering kosong.
Beruntung suamiku selalu siaga dan siap membelikannya untukku. Di apotek RSCM, Hydroxychloroquine diberikan dalam
sebuah tube (tabung) obat kecil, jadi
aku tidak tahu merek atau tulisan asli dari produsennya, yang ada hanya nama
obat, namaku dan aturan minumnya. Aku hanya boleh membeli sebanyak yang
diresepkan dokter yaitu 30 butir, dan ini jatah untuk sebulan karena dosis
untukku 1 x 1 butir sehari. Kalau tidak salah waktu itu harganya Rp240.000,00 per
30 butir. Perkembangan berikutnya, beberapa bulan kemudian bahkan untuk memberikan
resep pun dokterku tidak bisa, karena ada peraturan baru dari RSCM bahwa obat
tersebut hanya boleh dibeli oleh pasien yang berobat di rumah sakit tersebut,
bukan pasien dari tempat lain. Untuk mendapatkannya, aku pun berobat ke RSCM,
tetap dengan dokter yang menanganiku di RS EMC Tangerang, karena beliau memang
salah satu direktur di RSCM dan berpraktik di rumah sakit tersebut. Di grup komunitas
lupusku, ramai dengan tanya jawab di mana dan bagaimana aku dan teman-teman
odapus bisa mendapatkan obat ini. Ada teman odapus yang biasa berobat ke Malaysia,
akhirnya bisa membelikan (dititipi), meskipun pembeliannya juga dibatasi. Dokter
sendiri tidak bisa berbuat apa-apa dengan kelangkaan Hydroxychloroquine ini. Bahkan beliau sering berbagi denganku dan sesama
pasiennya jika ada apotek tertentu yang masih menyediakan obat tersebut. Pada
kenyataannya, jika hari ini ada, maka esok obat itu pasti sudah habis lagi. Aku
sendiri sempat berhenti beberapa saat mengonsumsinya karena sulit
mendapatkannya. Akibatnya adalah ruam-ruam merah di kulit wajah menjadi lebih
parah. Suamiku sempat membeli secara online,
namun yang ada di pasaran hanya Chloroquine,
jadi aku beralih ke Chloroquine, toh
kandungannya pun sama dengan Hydroxychloroquine
yang biasa kuminum. Aku jadi menganggap bahwa Chloroquine bisa disebut sebagai generiknya Hydroxychloroquine. Mengapa demikian? Kandungan keduanya sama,
namun harganya jauh berbeda. Harga Hydroxychloroquine
adalah Rp8.000,00 per butir, untuk Chloroquine
harganya jauh lebih murah, kalau aku tidak salah ingat, harganya hanya beberapa
ribu rupiah, yang pasti kurang dari sepuluh ribu rupiah per strip (10 butir).
Waktu aku konsultasi
dengan dokter pemerhati lupus (DPL)-ku, bolehkah aku mengganti Hydroxychloroquine dengan Chloroquine? Beliau bilang, kalau Hydroxychloroquine tidak ada, tidak
apa-apa diganti dengan Chloroquine,
tetapi kalau Hydroxychloroquine sudah
ada, lebih baik minum Hydroxychloroquine
lagi. Saat aku masih meminta penjelasan berikutnya, dokterku bilang bahwa Hydroxychloroquine lebih minimal efek
negatifnya bagi penderita lupus. Ya, selama minum obat ini, aku memang selalu
didampingi oleh dokter spesialis mata. Dari awal sebelum mengonsumsi, aku harus
diperiksa dulu apakah kondisi mataku bisa mendukungku untuk mengonsumsi Hydroxychloroquine dalam jangka panjang.
Demikian pula setiap tiga bulan sekali harus dikontrol lagi pengaruhnya untuk
kesehatan mataku. Kenyataannya adalah akhirnya aku harus melakukan operasi
katarak dini pada mata kiriku karena efek mengonsumsi Hydroxychloroquine atau Chloroquine
dan juga obat-obat steroid yang rutin kuminum.
Alhamdulillah, sejak Januari
2019 dokter menyatakanku remisi, artinya lupusku tidak aktif lagi. Meskipun aku
masih harus rutin minum obat (kini, dengan dosis yang sangat sedikit), aku
tidak lagi minum Hydroxychloroquine
atau pun Chloroquine. Aku hanya
sering masih sedih jika melihat teman-teman odapus yang masih kesulitan
mendapatkan obat ini.
Betulkah Chloroquine adalah antivirus COVID-19?
Informasi tentang Chloroquine saat
ini ramai dibahas ketika Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah telah
memesan dua juta Avigan dan
menyiapkan tiga juta Chloroquine yang
akan diresepkan oleh dokter kepada pasien COVID-19 yang membutuhkan. Aku
sendiri tidak paham apakah memang Chloroquine bisa
menjadi obat untuk menangani penyakit dari virus corona atau COVID-19 ini. Tentang
Chloroquine
ini, suamiku
pun bercanda denganku: “Mama gak usah khawatir, virus corona takut dekat-dekat
Mama karena sudah sekian tahun minum antivirusnya, sudah kebal, heheheee...”. Yang
pasti, kita harus mendukung semua kebijakan pemerintah terkait pencegahan
penyebaran dan penularan COVID-19 ini, termasuk memesan Avigan dan Chloroquine sebagai upaya menyelamatkan warga
Indonesia dari virus berbahaya ini. Pemerintah menyatakan bahwa kedua obat ini cukup
efektif digunakan di beberapa negara untuk menangani orang yang terpapar virus
corona. Mari kita bersama-sama
berdoa agar wabah virus corona ini segera berakhir di negara kita dan di seluruh dunia. Demikian pula, para odapus dan odamun yang memerlukan obat Chloroquine atau Hydroxychloroquine bisa mendapatkannya dengan mudah. Salam sehat selalu...
Siang Ibu, semoga senantiasa sehat. Saya sudah baca 3 postingan di Blog ibu yang perihal meniskus tear, lupus, dan yang ini.
ReplyDeleteSaya juga merasakan keluhan seperti Ibu.
Lulut saya sakit banget keduanya Bu, sudah ke RSUI dengan dr.Dharmadi sp.OT disarankan MRI, tapi belum saya laksanakan.
eh, ini sudah hampir 2 minggu 3 jari tangan kanan saya sakit. Awalnya pagi bangun, jari kelingking saya nyeri dan kaku, saya merasa tidak menindih tangan saya saat tidur. Esoknya merembet ke Jari manis, dan sekarang s/d Jari tengah. Syukurnya Jari telunjuk dan jempol masih aman. Tapi sudah sangat mengganggu saat menyuci beras saat masak, sikat gigi, steples berkas dan mengetik saat bekerja.
Rencana jari Sabtu ini mau ke Dr. Sumaryono Sp.PD-KR di RSUI.
Bu.. saya boleh izin minta kontak ibu, saya ingin sharing dan tanya- tanya tentang keluhan saya ini.
USia saya masih 30 thn dan punya anak 1. Saya rindu sekali kembali sehat.
Terima kasih ya Bu, saya sungguh berharap bisa mendapat kecerahan baik dari dokter terlebih dari Ibu.
terima kasih Bu atas postingannya, sangat membantu saya.
Salam sehat Bu.
Anna
O ya, Saya juga didiagnosa meniskus tear oleh Dr. Dharmadi Sp.OT dan Dr. Patar Oppusunggu Sp.OT juga Bu..
ReplyDelete