Wednesday, May 10, 2017

Menata Hati Bersama Lupus

Teriring ucapan terima kasih yang tak terhingga untuk teman-teman semua atas support dan doanya buatku. Salam sehat selalu…     
Bertepatan dengan hari lupus sedunia, aku ingin membagikan kisahku, sebagai kelanjutan dari cerita yang sebelumnya sudah kutulis di sini Meniscus Tear Pengantar Lupus-ku

Suspect Kusta
Seperti yang kuceritakan sebelumnya, pada tanggal 25 Agustus 2016, aku telah menjalani artroskopi yaitu operasi teropong sendi atas diagnosa sakit meniscus tear, sendi lutut yang robek. Pasca operasi, aku harus istirahat di rumah. Kalau biasanya aku bisa bergerak bebas, kali ini semuanya harus serba pelan, bahkan untuk gerakan sujud dalam sholat aku hanya bisa melakukannya dengan duduk. Namun demi kesembuhanku, aku jalani semua itu dengan mematuhi semua petunjuk dokter. Rasanya terharu karena semua teman, saudara serta anak-anak (murid-muridku) bergantian menjengukku setiap hari. Seminggu kemudian aku sudah kembali mengajar, meski untuk itu, murid-muridku yang kelasnya di lantai dua harus bertukar kelas dengan teman-temannya di lantai satu, mereka lakukan dengan senang hati tanpa protes.
Sementara lututku sudah agak membaik, aku berencana untuk kembali konsentrasi ke perawatan kulit mukaku yang masih memerah. Bersamaan dengan itu, aku merasakan badanku nyeri hebat. Ini terjadi dua minggu setelah artroskopi yang kujalani, tepatnya tanggal 10 September 2016, tiga hari menjelang Idul Adha. Di saat orang-orang sedang menikmati persiapan hari raya kurban, aku terkapar di tempat tidur, merasakan nyeri di badan, bahkan untuk mengubah posisi tidur pun harus kulakukan dengan sangat pelan. Suamiku yang seharusnya ikut aktif di masjid pun akhirnya hanya sebentar menyaksikan hewan kurbannya disembelih, kemudian langsung pulang dan lebih memilih menemaniku, juga memasak makanan untukku dan anak-anak.
Inginnya aku segera berobat ke dokter, namun harus menunggu dari hari Sabtu hingga Senin (libur Idul Adha). Barulah di hari Selasa tanggal 13 September 2016, aku pergi ke rumah sakit Usada Insani (RSUI) diantar suamiku yang sengaja cuti menemaniku. Kami memilih ke dokter spesialis kulit lebih dulu. Kali ini (dan seterusnya nanti) aku bertemu dengan dr. Elly Dainty Arifin, Sp.KK. Sebelumnya aku juga sudah pernah konsultasi dengan beliau (saat itu aku kena dermatitis numularis, salah satu radang kulit yang antara lain berkaitan juga dengan kebersihan gigi, karena aku sudah harus membersihkan karang gigiku). Aku ceritakan semua dari mulai batuk, memerahnya wajah dan leher, meniscus tear, hingga suspect lupus seperti yang dikatakan dokter kulit sebelumnya (dr.Fiedya). Beliau mengetes kepekaan sentuhan pada kulit wajah, telinga juga leherku. Menurut beliau, ini bukan lupus, tapi lebih cenderung suspect kusta. Beliau juga bilang, ini masih suspect, mudah-mudahan dugaan ini salah. Untuk itu, aku pun harus dirujuk ke rumah sakit Sitanala (rumah sakit yang awalnya khusus untuk penyakit kusta, namun sekarang sudah menjadi RSUD). Bayangkaaaaan…, seperti apa rasanya hatiku…., harus sedih ataukah berkurang sedihku, atau justru agak senang karena bukan lupus…, tetapi ganti dengan suspect kusta…? Yang pasti, tetaplah aku bingung karena tidak tahu manakah yang lebih berbahaya antara keduanya.. Suamiku pun tampak agak kaget juga, kusta?…apa iyyaa??.. Di sini aku dan suami sempat bolak-balik dari RSUI ke Royal Medical Centre (RMC), karena awalnya pihak RSUI bilang untuk ke RS Sitanala harus pakai rujukan dari faskes 1 ( RMC), ternyata RMC tidak bisa mengeluarkan surat rujukan tersebut. Kembali lagi kami ke RSUI dan hanya meminta stempel BPJS saja seperti saran dari RMC, namun itupun pihak RSUI mengatakan tidak bisa memberikannya. Tak mau pusing dengan BPJS, suamiku langsung memutuskan pakai pengobatan pribadi saja. Kamipun meluncur ke RSUD Sitanala. Setelah kami menjelaskan bahwa kami datang hanya dengan surat pengantar dari dokter kulit di RSUI, bersyukur seorang bapak petugas dengan ramah menolong dan membolehkanku untuk tetap berobat di sana, namun dengan pesan jika akan berobat lagi maka harus ada stempel BPJS-nya. (terima kasih Pak, meskipun aku lupa nama bapak ini, sempat aku saksikan juga beliau memudahkan urusan calon pasien di sana yang juga bermasalah dengan administrasi). Di sana pula aku dan suami sempat melihat pasien yang benar-benar sakit kusta, hatikupun menciut takut sambil terus berdoa mudah-mudahan sakitku bukan kusta.
Akhirnya aku pun bertemu dengan dokter kulit di sana (ibu dokter yang ini aku juga lupa mencatat namanya), yang jelas sesama dokter spesialis kulit juga. Dan akupun dicek fisik oleh dokter, kalau memang kusta maka kepekaan sentuhan akan berkurang atau bahkan tidak ada, sementara aku disuruh merem kemudian dicolek-colek kulitku pakai sesobek kertas kecil, masih sangaaaat sensitif. Jadi tanpa perlu cek laboratorium, dokter mengatakan bahwa aku sama sekali tidak ada indikasi kusta. Alhamdulillah…, sedikit lega mendengarnya…, meskipun masih harus mencari tahu lagi apakah gerangan sakitku. Selanjutnya aku bertanya, kalau bukan kusta, lalu aku harus konsultasi ke mana lagi? Karena sebelumnya aku disuspect lupus, dokternya menganjurkanku untuk konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam, dan beliau hendak memberikan rujukan untuk beralih ke dokter penyakit dalam di rumah sakit tersebut . Suamiku langsung angkat bicara, baik dok, kalau memang ke dokter penyakit dalam, kami minta kembali lagi ke RSUI dengan alasan lebih dekat dari rumah. (Aku tahu, sebenarnya bukan itu alasannya, kalau masih di RS Sitanala, kami hanya merasa agak gimanaaaa gitu.., jadi kami lebih memilih ke RSUI lagi). Seingatku hari itu kami mondar-mandir dan bolak-balik dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, bertemu dengan dokter yang satu dan juga dokter lainnya.

Welcome… My Lupus…
Akhirnya

Saturday, February 4, 2017

Meniscus Tear Pengantar Lupus-ku

Alhamdulillah, rasa syukur ke hadirat Allah SWT senantiasa tak henti aku panjatkan. Aku yakin bahwa semua pelajaran hidup yang kudapatkan adalah karena rasa sayang-Mu padaku.
Aku semakin menyadari bahwa kesehatan itu sangat mahal harganya. Sebelum ini, aku merasa sehat-sehat saja, hanya dua kali mengalami penyakit serius yaitu radang selaput mata dan piriformis syndrome. (sudah pernah kutulis di suspect SLE).    
Kali ini aku menulis lagi sebagai jawaban atas banyaknya pertanyaan dari  teman-temanku, saudara-saudaraku serta anak-anak muridku kepadaku.
“Ibu kenapa hidungnya merah-merah?”
“Bu Dy kok tangannya panas?” (saat bersalaman denganku)
“Wajah Bu Dyah kenapa merah-merah semua, apa salah make up?”
“Ibu kenapa gak ikut upacara?”
“Ibu kok lemes kenapa?”
“Bu Dyah makin langsing aja?”
serta sederet pertanyaan lain yang sering terlontar kepadaku. Biasanya aku sering menjawab sambil bercanda
“Iya, biar kayak orang India dikasih merah-merah…”
"Biar hangat kalau salaman denganku..."
“Kenapa make up-nya disalahin, kasihan...heheee”
“Kan dari SD sudah ikut upacara terus…”
“Boleh istirahat donk kalau lemes yaa…”
“Iya syukur, orang lain susah pengin langsing…hehee”

 Batuk Berkepanjangan
Berawal dari bulan Ramadhan (Juni) tahun 2016, aku sakit batuk dan seperti biasa aku berobat ke dokter di klinik Banjar Medika. Tak mau ibadah Ramadhanku terganggu oleh batuk ini, aku minum teratur obatnya. Biasanya kalau sudah minum obat dari dokter, sakitku akan cepat sembuh. Namun sampai beberapa hari, bahkan hingga obat habis, batukku tidak berkurang, apalagi reda. Aku sampai berobat ke dokter untuk kedua kalinya. Kali ini selain diberi obat, juga direkomendasikan untuk cek laboratorium. Aku ingat pernah batuk berkepanjangan pada saat menjelang dan sesudah melahirkan anak keduaku. Waktu itu juga sempat cek paru-paru dan hasilnya baik. Kali ini batukku sama dengan yang dulu, aku pun harus pakai panty liner karena kalau batuk terus-terusan sampai kadang keluar sedikit (maaf) pipis. Aku pun sampai tidak sholat tarawih di masjid karena gangguan batuk ini. Aku ingat, suamiku memperhatikan bahwa di wajahku ada sedikit merah-merah, mungkin alergi obat, jadi suami melarangku minum obat dari dokter yang kedua ini dan aku menurutinya.

Suspect Lupus

just for you, my little girl

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, Engkau telah hadiahkan untukku anak wedokku ini... Teringat di saat pengumuman dia diterima di Sistem ...